BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Obat
a) Pengertian
Obat
Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat
adalah suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia
atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia.
b) Bentuk
– Bentuk Obat Serta Penggunaannya
Bentuk-bentuk obat serta tujuan
penggunaannya antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pulvis
(serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar.
2. Pulverece
Merupakan serbuk yang dibagi dalam
bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum.
3. Tablet
(compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa
cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
·
Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat
bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan.
·
Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah
pada massa lembab dalam lubang cetakan.
·
Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil
umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan
·
Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut
atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik,
sekarang diberikan secara oral.
·
Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak
lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
·
Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara
pipi dan gusi.
·
Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus
dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket
tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.
·
Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan
sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit,
atau tidak enak.
4.
Pilulae (PIL)
Merupakan
bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan
untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet
dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
5. Kapsulae
(kapsul)
Merupakan
sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
·
Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
·
Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar
matahari
·
Lebih enak dipandang
·
Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara
fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang
lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih
besar.
·
Mudah ditelan.
6.
Solutiones (larutan)
Merupakan
sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat
juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral
(diminum) dan larutan topikal (kulit).
B.
Macam
– Macam Pemberian Obat
a) Pemberian
Obat Mealui Oral
Cara
pemberian obat ini paling umum dilakukan, dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.Pemberian
b) Obat
Secara Parenteral
Merupakan
pemberian obat melalui injeksi atau infuse, sangat berguna dalam keadaan
darurat.
c) Pemberian
Obat Melalui Intravena
Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat
dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
d) Pemberian
Obat Melalui Intaramuskular
Pemberian
obat dengan memasukan obat kedalam jaringan oto.
e) Pemberian
Obat Melalui Subkutan
Pemberian
obat yang dilakukan dengan suntikan di bawah kulit.
f) Pemberian
Obat Melalui Intrathecal
Obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid
spinal, dilakukan bila diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput
otak atau sumbu cerebrospinal seperti
pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.
g) Pemberian
Obat Melalui Inhalasi
Pemberian
obat melalui pernafasan ini hanya dapat dilakukan untuk obat yang berbentuk gas
atau cair yang mudah menguap.
h) Pemberian
Obat Tropikal
1) Pemberian
obat melalui kulit
Pemberian
obat secara tropikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit. Tujuan
dari pemberian obat secara tropikal pada kulit adalah untuk memperoleh reaksi
lokal dari obat tersebut.
2) Pemberian
obat mata
Pemberian
obat melalui mata adalah memberi obat ke dalam mata berupa cairan dan salep.
Tujuan pemberian obat melalui mata :
1. Untuk
mengobati gangguan pada mata
2. Untuk
mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
3. Untuk
melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
4. Untuk
mencegah kekeringan pada mata
3) Pemberian
obat tetes telinga
Memberikan
obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair. Tujuan pemberian
obat tetes mata antara lain :
1. Untuk
memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme
penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
2. Menghilangkan
nyeri
3. Untuk
melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
4) Pemberian
obat tetes hidung
Tujuan
pemberian obat tetes melalui hidung yaitu :
1. Untuk
melancarkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
2. Mengobati
infeksi dari rongga hidung dan sinus
5) Pemberian
obat melalui vagina
Tujuan
pemberian obat melalui vagina antara lain :
1. Untuk
mengobati infeksi pada vagina
2. Untuk
menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
3. Untuk
mengurangi peradangan
6) Pemberian
obat melalui rectal
Pemberian
obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
anus atau rektum dalam bentuk suppositoria. Tujuan pemberian :
1. Untuk
memperoleh efek obat maupun sistemik
2. Untuk
melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
C.
Efek
Samping Pemberian Obat
b) Pengertian
Efek Samping
Pengertian efek samping dalam pembahasan ini adalah
setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien
(adverse reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak mungkin
dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah
diketahui.
c) Beberapa
Contoh Efek Samping
·
Reaksi alergi akut karena penisilin
(reaksi imunologik),
·
Hipoglikemia berat karena pemberian
insulin (efek farmakologik yang berlebihan),
·
Osteoporosis karena pengobatan
kortikosteroid jangka lama (efek samping karena penggunaan jangka lama),
·
Hipertensi karena penghentian pemberian
klonidin (gejala penghentian obat - withdrawal syndrome)
·
Fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan
talidomid pada masa awal kehamilan (efek teratogenik)
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus
2 :
Saudara
bertugas malam hari, akan menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien. Pada
saat sedang menyiapkan ada order yang tidak jelas tentang nama obat dan
dosisnya. Itu order dari dokter spesialis, padahal dokter tersebut sedang tidak
ada di rumah sakit. Berdasarkan informasi bahwa hampir setiap bulan ada laporan
tentang kesalahan pemberian obat di
rumah sakit ini, dengan dampak sampai pasien syok dan meninggal dunia.
A.
Identifikasi
Resiko yang dapat Terjadi/Telah Terjadi pada Tindakan Keperawatan Kasus 2
Resiko
umum yang dapat terjadi :
·
Perawat salah memberikan obat dan dosis
pada pasien karena nama obat dan dosis tidak jelas
·
Penulisan nama obat dan dosis yang tidak
jelas
·
Pasien mengalami cidera seperti syok,
alergi, kejang – kejang dan sampai meninggal dunia
Resiko
– resiko khusus yang dapat terjadi pada saat atau setelah melakukan tindakan :
a) Pemberian
Obat Melalui Oral
·
Iritasi pada saluran cerna
·
Pasien dapat tersendak
b) Pemberian
Obat Melalui Parenteral
·
Dapat menimbulkan rasa nyeri
c) Pemberian
Obat Melalui Intravena
·
Jika
penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi
·
Pasien akan merasa kesakitan jika
pemberian obat tidak dilakukan secara perlahan
d) Pemberian
Obat Melalui Intramuskular
·
Salah area yang akan disuntik
·
Pasien merasa kesakitan jika tidak
dilakukan dengan hati – hati
e) Pemberian
Obat Melalui Subkutan
·
Pasien merasa kesakitan jika tidak
dilakukan dngan hati – hati
·
Obat tidak masuk ke dalam subkutan
f) Pemberian
Obat melalui Intrathecal
·
Salah area yang akan disuntik/dimasukkan
obaat
g) Pemberian
Obat Melalui Inhalasi
·
Mengiritasi paru – paru jika dosisnya
tidak tepat
h) Pemberian
Obat tropikal
1. Pemberian
obat melalui kulit :
·
Salah mengoleskan/memberikan obat kepada
pasien
·
Melukai area kulit pasien yang sakit
jika pada saat mengoleskan obat tidak hati – hati
2. Pemberian
obat mata :
·
Melukai mata pasien saat membersihkan
kelopak mata dan bulu mata pasien
·
Saat memberikan obat pada mata bila
jarak obat dengan mata terlalu dekat dapat menusuk mata
3. Pemberian
obat tetes telinga
·
Menusuk telinga pasien pada saat
membersihkan telinganya
4. Pemberian
obat tetes hidung
·
Jika tidak hati – hati dapat melukai
lubang hidung pasien pada saat membersihkan
·
Pasien dapat tersendak pada saat obat
diteteskan
5. Pemberian
obat melalui vagina
·
Jika tidak hati – hati dapt melukai area
vulva dan introitus pada saat membersihkan
·
Melukai vagina saat memasukan obat(untuk
obat supositoria)
6. Pemberian
obat melalui rektal
·
Jika tidak hati – hati dapat melukai
rektal pasien, contoh : lecet
B.
Peta
Risiko
Probabilitas Krjadian
·
Menurut peta resiko diatas kasus 2 ini
dapat di golongkan pada risiko III atau Moderate
·
Sering terjadi kesalahan pemberian obat
di rumah sakit hampir setiap bulan termasuk dalam frekuensi sering
·
Dampak klinisnya sampai pasien syok dan
meninggal dunia termasuk dalam cathacastropic
C.
Langkah
– langkah untuk Mencegah Terjadinya Resiko pada Kasus 2
·
Melihat rekam medik pasien sebelum
melakukan tindakan
Pemberian
obat merupakan salah satu tindakan keperawatan, setiap tindakan keperawatan
yang akan dilakukan harus melihat rekam medik terlebih dahulu untuk memastikan
ketepatan obat yang akan diberikan
·
Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip
(Look-Alike, Sound-Alike Medication Names)
Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error)
dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat
yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan
akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM
ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan
terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu,
maupun pembuatan resep secara elektronik.
·
Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
Kesalahan medikasi
terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan
perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat
(medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah
menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi
yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”,
sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau perintah
pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb
kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau
dilepaskan
·
Perawat harus teliti dalam memberikan
obat untuk pasien
Dalamn
memberikan terapi obat kepada pasien haruslah perawat memperhatikan 6 Benar yaitu:
a) Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya
perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat
mengembalikan ketempat penyimpanan. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Obat memiliki nama dagang dan nama
generik. Setiap obat dengan nama dagang yang asing harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generik atau
kandungan obat. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi.
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu perawat mengingat nama obat dan kerjanya.
b)
Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi
alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet
dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
1. Dosis
yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien
2. Dosis
yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan
3. Perawat
harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan,
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis
obat yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari),
jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat
lain
4. Melihat
batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu
c)
Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan
dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor
register, alamat dan program pengobatan pada pasien.
1.
Klien berhak untuk mengetahui alasan
obat
2.
Klien berhak untuk menolak penggunaan
sebuah obat
3.
Membedakan klien dengan dua nama yang
sama
d) Benar Cara Pemberian
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang
berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan
umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat,
serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
e)
Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang dprogramkan,
karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari
obat.
1.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan
2.
Dosis obat harian diberikan pada waktu
tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat
kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan
3.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu
paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali
sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali
sehari pada selang waktu tertentu
4.
Pemberian obat juga memperhatikan
diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan
5.
Memberikan obat obat-obat seperti kalium
dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan
6.
Menjadi tanggung jawab perawat untuk
memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti
tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat
f)
Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standar
prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai
mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
Ketelitian dalam memberikan obat kepada pasien sangatlah penting. Sebelum
obat diberikan perawat harus membaca terlebih dahulu cara pemberian obat dan
dosis yang akan diberikan.
·
Perawat selalu memantau pasien setelah
minum obat
Ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada respon syok, alergi, kejang – kejang atau
respon lainnya setelah pasien diberikan obat.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Untuk meminimalkan
risiko terjadinya kesalahan dalam pemberian obat,
harus ada proses kolaboratif antara perawat,
dokter,
dan tim medis lain,
seperti farmatologi. Ketika
terjadi kasus seperti di atas, perawat wajib meminta kejelasan kepada dokter yang
bersangkutan, yang dapat dilakukan melalui telephone,tetapi harus
ada readback dan di konfirmasikan kepada pemberi perintah.
B.
SARAN
Perawat tidak
boleh menyepelekan hal kecil seperti tidak mengklarifikasikan ketidak jelasan
pemberian order obat dan dosis dari dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. Uliyah, Musrifaul. 2004. Buku Saku Praktikum kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Anonim.
2011. Aspek Hukum Keselamatan Pasien
(Patient Safety). http://yendi-anestesi.blogspot.com/2011/02/aspek-hukum-keselamatan-pasien-patient.html.
diunduh pada 08 mei 2013 pukul 09.00
Anonim.
2012. Prinsip Pemberian Obat. http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2012/06/09/pengetahuan-prinsip-12-benar-cara-pemberian-obat/
. diunduh pada 08 mei 2013 pukul 09.30
Hairrudin.
2011. Cara – Cara pemberian Obat. www.slideshare.net/mustikaintasaripart2/cara-cara-pemberianobat. diunduh pada 08 mei 2013
pukul 10.30
Komentar
Posting Komentar