BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu
bagian dari tenaga kesehatan secara umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri
dari: tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga paramedis non-keperawatan dan
tenaga non medis. Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua
katagori, tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih
lama dengan pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada
pada semua setting pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan mempunyai peranan
penting terhadap mutu pelayanan di rumah sakit. Kerja keras perawat tidak dapat
mencapai level optimal jika tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen
rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.
Keselamatan (safety) telah
menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang
terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient
safety) , keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan
hidup rumah sakit.
Oleh karna itu diperlukan adanya suatu
sasaran dari keselamatan pasien yang mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyajikan
informasi tentang IPSG 6 yaitu mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh
beserta contoh penerapannya
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Cedera
2.1.1
Pengetian Cedera
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur
atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun
kimiawi. Luka juga dapat merujuk pada luka batin atau perasaan. (Wikipedia)
2.1.2
Macam-Macam Cedera
·
Luka pada kulit yang dapat mengakibatkan pendarahan atau hanya lecet.
·
Luka batin. (Wikipedia)
2.2 Jatuh
2.2.1
Pengertian Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang
dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring/terduduk dilantai/tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang
menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa
disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran,
atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab spesifik yang jenis
dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh
(Stanley, 2006)
Jatuh
merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh,
suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang
dapat dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena
suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.
2.2.2 Faktor Resiko
a)
Faktor intrinsik
Faktor
instrinsik adalah variabel-variabel yang
menentukan mengapa
seseorang dapat jatuh
pada waktu tertentu
dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak
jatuh (Stanley, 2006). Faktor intrinsik
tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan
gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi,
sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan
gelap, keringat dingin,
pucat dan pusing (Lumbantobing, 2004).
b)
Faktor ekstrinsik
Faktor
ekstrinsik merupakan faktor
dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranya cahaya
ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda (Nugroho,
2000). Faktor-faktor ekstrinsik tersebut
antara lain lingkungan
yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang
terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil,
atau tergeletak di bawah, tempat tidur
atau WC yang rendah
atau jongkok, obat-obatan
yang diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).
2.2.3
Akibat Jatuh
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis
cedera, kerusakan fisik dan
psikologis. Kerusakan fisik yang paling
ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul.
Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah
fraktur pergelangan tangan,
lengan atas dan
pelvis serta kerusakan jaringan
lunak. Dampak psikologis
adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah
jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri, penbatasan
dalam aktivitas sehari-hari, falafobia
atau fobia jatuh (Stanley, 2006).
2.2.4
Komplikasi
Menurut
Kane (1996), yang dikutip oleh
Darmojo (2004),
komplikasi-komplikasi jatuh adalah :
a.
Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan
rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya
jaringan otot, robeknya arteri/vena,
patah tulang atau fraktur
misalnya fraktur pelvis,
femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.
b.
Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan
mobilitas yang berhubungan dengan
perlukaan fisik dan
penurunan mobilitas akibat
jatuh yaitu kehilangan
kepercayaan diri dan pembatasan gerak.
c.
Mati
2.2.5 Pencegahan
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip
dari Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok untuk pencegahan jatuh yaitu :
a.
Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan
pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik,
neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan
jatuh. Keadaan lingkungan rumah
yang berbahaya dan
dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar,
tidak licin, bersih dari
benda-benda kecil yang
susah dilihat, peralatan
rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser
sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya
diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
jalan/tempat aktivitas lanjut
usia. Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya
dengan kloset duduk dan diberi
pegangan di dinding.
b.
Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap
lanjut usia harus
dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan
pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan
badan pada saat
berjalan sangat berisiko
jatuh, maka diperlukan bantuan
latihan oleh rehabilitasi
medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan
cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki
dengan benar
pada saat berjalan,
apakah kekuatan otot
ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan.
Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.
c.
Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang
bersifat serangan akut
yang diderita lanjut usia dapat
dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik.
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan
perbaikan lingkungan , faktor situasional
yang berupa aktifitas
fisik dapat dibatasi
sesuai dengan kondisi kesehatan
lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui
batasan
yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di
anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan
atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
BAB III
PENERAPAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
Contoh-contoh dalam penerapannya antara lain :
─
Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping tempat
tidur.
─
Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah pasien.
─
Obat-obatan ( perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan
terjadinya jatuh)
─
Penglihatan menurun ( perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat
menyebabkan jatuh menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat berjalan sendiri,
misalnya pada malam hari.
─
Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
─
Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh misalnya
sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
─
(Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh,
misalnya terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit
hidarasi ( perawat menganjutkan untuk minum 6-8 gelas perhari ).
─
Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah
sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada
─
Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
─
Supervisi
ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
─
Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan
bantuan
─
Berikan alas kaki yang tidak licin
─
Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin.
BAB IV
PEMBAHASAN
Mengingat resiko pasien jatuh sangat besar maka kita perlu memikirkan
berbagai macam cara untuk mengurangi terjadinya hal tersebut. Hal ini dilakukan
dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi resiko pasien mengalami cedera
sehingga mempercepat daripada proses penyembuhannya. Misalnya kita dapat
memberikan penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping tempat
tidur. Pemasangan pengaman tempat tidur ini sangat penting disediakan terutama
pada pasien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas. Contoh lain
adalah penggunaan bel. Anjurkanlah klien untuk menggunakan bel bula membutuhkan
bantuan, karna bila tidak dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak terduga yang
mengakibatkan pasien terjatuh dan memperparah cederanya atau membuat cedera
baru.
Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera karna jatuh kita perlu
memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh, aktivitas, defisit
(penglihatan, pendengaran), kognitif, pola BAB dan BAK, mobilitas/motori. Kita
harus memperhatikan usia karena resiko jatuh orang yang lanjut usia misal 65
tahun akan lebih tinggi dibanding pada usia dewasa, biasanya semakin bertambah
tua usia seseorang tingkat penglihatannya akan menurun, penurunan ini pun harus
kita perhatikan karna penurunan penglihatan jelas dapat mengganggu orang
tersebut beraktivitas dan dapat menyebabkan suatu cedera. Beberapa cara
pengobatan yang dapat dilakukan misalnya :
·
Antihipertensi
·
Hiploglikemik
·
Antidepresan
·
Neurotropik
·
Sedatif, diuretik
·
laxative
Selain hal-hal tersebut ada juga sebuah pedoman yang bisa kita lakukan,
caranya terlebih dahulu kita beri skor klien yaitu kita beri skor penilaian
untuk setiap item, mulai dari usia sampai mobilitas lalu hitung juga untuk
berbagai cara pengobatannya seperti yang tertulis diparagraf sebelumnya. Bila
sudah diakumulasi skornya baru kita lihat pedoman pencegahan pada pasien
seperti berikut :
·
Resiko Rendah (skor 0-5)
1)
Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien
2)
Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
3)
Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
4)
Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan
·
Resiko Sedang (6-13)
1)
Lakukan senua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
2)
Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh
3)
Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama pasien (warna
kuning)
4)
Beri tanda resiko pasien jatuh pada pint kamar pasien
·
Resko Tinggi (>= 14)
1)
Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah dan sedang
2)
Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam
3)
Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station
(jika memungkinkan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Memberikan keselamatan kepada pasien merupakan hal yang sangat penting.
Dan untuk mencapai keselamatan pasien diperlukan sasaran-sasaran keselamatan
pasien, salah satunya adalah mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh. Bila
resiko pasien cedera karna jatuh ini bisa dikurangi, maka proses penyembuhan
klien akan lebih cepat. Tanggung jawab sasaran ini terutama ada pada rumah
sakit selaku penyedia fasilitas, namun segala komponen yang terkait juga punya
tanggung jawab yang besar terhadap keselamatan pasien
5.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya
agar lebih bisa mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena
ini merupakan salah satu hal pokok yang harus dikuasai.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit. Jakarta.
DR. dr. Andry, M. M. (2011). Keselamatan
Pasien Versi Standar Internasional IPSG
(International Patient Safety Goal). Yogyakarta.
http://id.scribd.com/doc/23021116/makalah-patient-safety
diakses 24 November 2009
http://www.scribd.com/doc/78242448/Jtptunimus-Gdl-Ariastikai-5515-3-Babii
diakses 14 Maret 2013 jam 12.50.
Wikipedia. Cedera.
http://id.wikipedia.org/wiki/Cederadiakses 15 Maret 2013 jam 03.18.
Komentar
Posting Komentar